Slideshow

Jumat, 16 Desember 2011

Candi Sukuh, Candi Unik Nan Saru

Perjalanan di Jalur Tawangmangu – Sarangan membawa kami untuk mengunjungi objek wisata Candi Sukuh. Perjalanan untuk menuju tempat ini melalui tanjakan yang cukup tajam dan jalan yang sempit sehingga harus berhati-hati dalam mengendarai kendaraan.

Candi Sukuh terletak di desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh merupakan candi Hindu yang unik di Jawa, dibangun pada abad ke 15 akhir jaman kerajaan Majapahit. Struktur candi yang terdiri dari delapan teras memiliki arti dan fungsi tersendiri. Arsitektur bangunan utama candi yang mirip dengan candi Mayan di Yucatan. Batuan yang digunakan berbeda dengan batu yang dipakai untuk membangun Candi di Jawa Tengah. Batuan pada Candi Sukuh warnanya agak kemerah-merahan berjenis batu andesit.
Ketika tiba di objek wisata Candi Sukuh suasana candi tampak sepi, hanya terlihat beberapa wisatawan mancanegara yang berkunjung ke objek wisata ini. Kabut gunung yang tadinya menyambut kami saat tiba di objek wisata Candi Sukuh berangsur-angsur menghilang.
Candi ini pertama kali ditemukan dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta, Johnson. Pada kurun waktu 1842-1910 dilakukan penelitian dan inventarisasi oleh sejumlah arkeologi Belanda. Pada tahun 1928 baru dilakukan pemugaran oleh Dinas Purbakala.
Memasuki Candi Sukuh  terdapat 3 Gapura dan 3 Teras. Kami memulai dengan menginjakkan kami di teras pertama dibagian depan terdapat gapura utama yang masih utuh. Namun dibagin tengah terdapat pintu yang terkunci sehingga kami menuju ke teras pertama melalui bagian samping. Bentuk gapura cukup unik mengingat posisinya tidak tegak lurus namun miring seperti model trapesium dengan atap diatasnya.
 Pada gapura pertama terdapat sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Menuju ke teras kedua, kami melewati gerbang kedua yang bentuknya sudah tidak utuh lagi. Hanya tersisa dinding gapura yang tingginya hanya sebatas tangga naik dan tidak beratap. Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala namun kondisinya sudah rusak dan bentuknya tidak jelas.
Pada gapura kedua terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.
Memasuki teras ketiga, gapura ketiga kondisinya sama dengan gapura kedua yang sudah tidak utuh lagi. Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Bila dibandingkan dengan candi-candi yang lain, bentuknya sangat berbeda dan memiliki keunikan. Terdapat beberapa simbol sex yang tidak terdapat di candi-candi yang lain. beberapa patung dan arca menggambarkan Lingga sebagai perwujudan kemaluan pria dan Yoni sebagai perwujudan kemaluan wanita.
 Candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
=== Lokasi
Candi Sukuh Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Koordinat  07°37°38,85 Bujur Timur dan 111°07°52,65 Lintang Selatan

0 komentar:

Posting Komentar